Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

MASA KEJAYAAN ISLAM

Gambar
A. Periodisasi Sejarah Islam 1. Periode Klasik (650‒1250) Periode Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalamdua fase, yaitu: Fase ekspansi, integrasi, (650‒1000), Fase disintegrasi (1000‒1250). 2. Periode Pertengahan (1250‒1800) Periode Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu: Fase kemunduran (1250‒1500 M), dan Fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800). 3. Periode Modern (1800‒dan seterusnya) Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandaidengan munculnya para pembaharu Islam. B. Masa Kejayaan Islam Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah Abbasiyah. Pad

PENGURUSAN JENAZAH

Gambar
A. Tata cara memandikan jenazah Kewajiban pertama orang muslim terhadap saudaranya yang  telah meninggal dunia adalah memandikannya. Orang yang lebih berhak memandikan jenazah adalah muhrimnya. Jika muhrimnya tidak ada atau jika belum mampu memandikannya maka dapat diserahkan kepada orang yang dapat dipercaya dalam menjaga kerahasiaan jenazah. Jika jenazahnya laki-laki maka yang memandikan laki-laki dan jika wanita maka yang memandikan adalah wanita. Syarat-syarat jenazah yang akan dimandikan: 1. Beragama Islam 2. Didapati tubuhnya walaupun hanya sebagian 3. Tidak mati syahid (mati dalam membela agama Allah). 4. Cara memandikan jenazah 5. Jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari panasnya matahari, hujan , pandangan orang banyak, dan ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi. 6. Jenazah diberi pakaian basahan agar auratnya tetap tertutup 7. Membersihkan kotoran (najis) yang melekat pada badan jenazah termasuk mengeluarkan kotoran dari perutnya dengan

Surat An Nisa Ayat 59 Arab Latin Dan Terjemahannya Serta Asbabun Nuzul dan Kandungan Ayatnya

Gambar
Teks Bacaan Surat An Nisa Ayat 59 Arab Latin Dan Terjemahannya Surat An Nisa Ayat 59 merupakan salah satu perintah Allah swt agar kita memiliki perilaku yang taat dan patuh terhadap Allah, Rasul dan Ulil amri. Tulisan ini akan memuat mengenai bacaan teks ayat tersebut dengan terjemahannya dalam bahasa indonesia dan inggris, serta bagaimana asbabun nuzul dan isi kandungan pada ayat tersebut. Ayat ini biasanya dipakai sebagai dalil atau sumber hukum dalam ilmu jinayah siyasah ilmu hukum islam, dimana mungkin saat ini ada diantara sobat pembaca adinawas.com yang memang sedang meneliti akan hal itu. An Nisa Ayat 59 Arab يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٥٩) An Nisa Ayat 59 Latin yā ayyuhallażīna āmanū aṭī’ullāha wa aṭī’ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, f

Ketentuan Khutbah, Tabligh dan Dakwah

Gambar
1. Ketentuan Khutbah a.) Syarat Seorang Khatib Islam. Ballig. Berakal sehat. Mengetahui ilmu agama. b.) Syarat Dua Khutbah Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur. Khatib duduk di antara dua khutbah. Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas. Tertib. c.) Syarat-syarat Khotbah Jumat Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk waktu dzuhur). Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis. Khatib harus laki-laki. Khatib duduk di antara dua khutbah. Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas. Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu). Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah. d.) Rukun Khutbah Membaca hamdallah. Membaca syahadat. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Berwasiat taqwa. Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah. Berdoa pada khutbah kedua. e.) Sunah-sunah Khutba

TAJWID (Nun Mati/Tanwin)

Gambar
A. PENGERTIAN TAJWID Tajwīd  (تجويد) secara  harfiah  bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, [1]  tajwid berasal dari kata  Jawwada  (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam  bahasa Arab . Dalam ilmu  Qiraah , tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci  al-Quran  maupun bukan. Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah  makharijul huruf  (tempat keluar-masuk huruf)  [2] ,  shifatul huruf  (cara pengucapan huruf),  ahkamul huruf  (hubungan antar huruf),  ahkamul maddi wal qasr  (panjang dan pendek ucapan),  ahkamul waqaf wal ibtida’  (memulai dan menghentikan bacaan) dan  al-Khat al-Utsmani . Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat  al-Quran . Para ulama menyatakan bahwa huku